Langsung ke konten utama

Menggali Peluang Bisnis dengan Value Proposition Canvas dan Customer Segmen



 Pendahuluan

Pada tugas kali ini, kami berfokus untuk memetakan customer segment dan membuat Value Proposition Canvas (VPC) untuk sebuah warung makan. Pendekatan ini bertujuan untuk memahami kebutuhan, keinginan, dan perilaku pelanggan sehingga dapat membantu dalam menyusun strategi bisnis yang lebih efektif.


Tujuan

1. Memetakan customer segment warung makan.

2. Membuat Value Proposition Canvas (VPC) untuk warung makan.

3. Menyusun laporan dan presentasi hasil analisis.


Proses dan Metodologi

Kami memulai dengan melakukan observasi langsung ke lokasi warung makan dan melakukan wawancara dengan pemiliknya. Berikut adalah beberapa pertanyaan yang kami ajukan:


1. Siapa target utama dari usaha ini?

2. Apa yang membuat pelanggan kembali?

3. Apa yang membuat usaha Anda berbeda dari kompetitor lainnya?


Jawaban dari pertanyaan ini membantu kami untuk mengidentifikasi segmen pelanggan dan merumuskan VPC yang sesuai.



Value Proposition Canvas dan Customer Segment untuk Warung Makan 


Customer Segments:


1. Demographic Segment

   - Wirausaha: Mencari tempat makan yang luas untuk pertemuan bisnis.

   - Pelajar dan Mahasiswa (17-25 tahun): Butuh tempat untuk belajar dan mengerjakan tugas.


2. Psychographic Segment

   - Komunitas dan Sosialisasi: Mengadakan pertemuan untuk diskusi pekerjaan atau pribadi.

   - Family: Membawa keluarga untuk makan bersama.

   - Konservatif: Memilih menu klasik yang familiar.


3. Behavioral Segment

   - Acara Khusus: Merayakan ulang tahun, pertemuan keluarga, atau acara komunitas.

   - Makan Santai: Nongkrong atau menghabiskan waktu bersama teman.

   - Pelanggan Potensial: Belum menjadi pelanggan tetap, tertarik dengan promosi.

   - Mencari Kenyamanan: Menghargai kenyamanan tempat duduk, kebersihan, dan suasana tenang.


4. Geographic Segment

   - Warga Sekitar: Akses mudah dan dekat, mengunjungi warung untuk makan sehari-hari.

   - Pelajar dan Mahasiswa: Siswa dan mahasiswa dari institusi sekitar Solo Baru.


Value Proposition Canvas:


1. Benefits:

   - Ruang pertemuan nyaman.

   - Menu beragam.

   - Suasana akrab.

   - Harga terjangkau.


2. Features:

   - Tempat luas.

   - Wi-Fi gratis.

   - Menu klasik dan spesial.

   - Fasilitas ramah keluarga.


3. Experience:

   - Atmosfer sosial.

   - Layanan konsisten.

   - Lingkungan ramah keluarga.

   - Musik latar belakang.


4. Wants:

   - Tempat nyaman.

   - Menu klasik.

   - Layanan ramah.

   - Wi-Fi gratis.


5. Needs:

   - Tempat bersih.

   - Menu familiar.

   - Wi-Fi andal.

   - Pelayanan efisien.


6. Fears:

   - Tempat tidak nyaman.

   - Menu tidak menarik.

   - Wi-Fi tidak stabil.

   - Pelayanan lambat.


7. Substitute:

   - Makanan cepat saji.

   - Makanan rumahan.

   - Restoran lain.

   - Warung lain.


Kesimpulan

Dengan memahami customer segment dan merumuskan Value Proposition Canvas, warung makan dapat menyusun strategi yang lebih tepat sasaran untuk menarik dan mempertahankan pelanggan. Ini adalah langkah awal yang penting untuk meningkatkan daya saing dan keberlanjutan bisnis mereka.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perbedaan Antara Frontend, Backend, dan Full-Stack dalam Pengembangan Web

Pendahuluan Dalam pengembangan web, ada tiga komponen utama yang membentuk sebuah aplikasi atau situs web: frontend , backend , dan full-stack . Keduanya (frontend dan backend) bekerja sama untuk memastikan situs web atau aplikasi berjalan dengan lancar, sementara seorang full-stack developer memiliki kemampuan untuk menangani keduanya. Meskipun ketiganya saling terkait, mereka memiliki peran dan tanggung jawab yang berbeda. Artikel ini akan membahas perbedaan antara frontend, backend, dan full-stack dalam pengembangan web. 1. Apa Itu Frontend? Frontend adalah bagian dari aplikasi atau situs web yang langsung berinteraksi dengan pengguna. Bagian ini bertanggung jawab atas segala yang dilihat dan digunakan oleh pengguna di browser. Teknologi yang Digunakan : HTML (HyperText Markup Language): Untuk struktur halaman. CSS (Cascading Style Sheets): Untuk desain dan tata letak. JavaScript : Untuk interaktivitas dan dinamika. Framework/library yang populer: React , Angular , Vue.js . Tuga...

Orang Bikin Konten Edukasi Tapi View-nya Sepi: Salah Platform atau Salah Kita?

Kenapa konten edukasi sepi view? Artikel ini membahas apakah masalahnya ada di platform atau pada gaya penyampaian kita. Kita semua udah tau: bikin konten itu capek. Apalagi kalau niatnya edukasi—ngumpulin data, riset, nulis script, ngedit, dan mikirin caption. Tapi giliran udah posting? View-nya cuma 3. Dua di antaranya kamu sendiri, satu lagi mungkin sepupu yang nggak sengaja ke-swipe. Apakah Konten Edukasi Memang Kurang Diminati? Jujur aja, sebagian besar orang buka medsos bukan buat belajar. Mereka nyari hiburan, ketawa, atau kabur dari realita. Konten edukasi sering dianggap "berat", apalagi kalau tampilannya kaku, monoton, dan terlalu “sekolahan”. Tapi… itu bukan alasan buat nyerah. Salah Platform atau Salah Gaya Kita? Bisa jadi dua-duanya. Yuk kita kupas: 1. Platform Punya Algoritma Sendiri TikTok dan IG Reels lebih suka konten singkat, engaging, dan cepat nangkep perhatian. Kalau pembuka kamu terlalu datar, al...

Stop Manipulasi Emosi Anak

Guilt-Tripping Anak Pakai Makanan: Antara Kebaikan, Emosi, dan Validasi Murahan 🔥 Guilt-Tripping Anak Pakai Makanan: Antara Kebaikan, Emosi, dan Validasi Murahan 1. Pembukaan Kontekstual Di dunia ini, ada dua jenis orang baik: Yang satu kasih makanan dan lupa. Yang satu lagi kasih makanan, terus ngungkitnya sampai Hari Kiamat. Yang pertama jarang kita temui. Yang kedua? Setiap RT punya. Mereka muncul dalam wujud ibu-ibu tetangga, guru TK, atau tante kepo yang selalu bilang, “Tante dulu sering traktir kamu, kok sekarang kamu gak ramah?” Kedengarannya ringan. Tapi ini bukan sekadar omelan. Ini guilt-tripping —versi halus dari manipulasi emosional, yang makin ngenes karena sering ditujukan ke anak kecil. Dan kita semua pura-pura gak lihat. Karena siapa sih yang mau dibilang jahat ke orang yang suka ngasih makanan? Siapa yang berani buka suara waktu kebaikan dijadikan alat tekan? Padahal, kalau kamu udah mulai ngungkit pemberianmu ke an...