Langsung ke konten utama

Personal Branding

Personal Branding

Halo semuanya! Nama saya Jessica Aurel Clarista, seorang siswa SMK dengan jurusan Rekayasa Perangkat Lunak dari Indonesia. Saya sangat antusias dengan dunia teknologi, terutama di bidang keamanan siber dan pemrograman. Melalui blog ini, saya ingin berbagi pengetahuan, pengalaman, dan tips-tips menarik yang telah saya pelajari selama perjalanan akademis saya.

Mengapa Personal Branding Penting?

Personal branding adalah cara untuk menunjukkan siapa kita sebenarnya, keahlian kita, dan nilai-nilai yang kita pegang teguh. Dengan personal branding yang kuat, kita dapat menarik perhatian orang-orang yang memiliki minat serupa, membuka peluang baru, dan memperluas jaringan kita.

Menggali Keahlian dan Minat

Sebagai seorang siswa SMK di jurusan Rekayasa Perangkat Lunak, saya telah mempelajari berbagai bahasa pemrograman seperti Java, Kotlin, dan Flutter. Namun, untuk proyek aplikasi mobile, saya lebih fokus menggunakan Android Studio. Saya juga menguasai HTML, CSS, JavaScript, dan PHP. Keahlian saya tidak hanya terbatas pada pemrograman, tetapi juga mencakup desain grafis, pembuatan konten, blogging, fotografi, dan video editing.

Pencapaian dan Proyek

Selama belajar, saya aktif membuat konten tutorial coding di YouTube dan TikTok sebagai bentuk minat pribadi, bukan sebagai bagian dari tugas sekolah. Konten ini mencakup berbagai topik yang saya harap dapat membantu orang lain dalam mempelajari teknologi dengan cara yang praktis dan menyenangkan.




Nilai dan Prinsip

Saya percaya bahwa teknologi dapat menjadi alat yang kuat untuk menciptakan perubahan positif. Oleh karena itu, saya selalu berusaha untuk belajar dan berbagi pengetahuan agar bisa membantu orang lain memahami dan memanfaatkan teknologi dengan lebih baik. Saya juga sangat menjunjung tinggi nilai-nilai integritas dan kejujuran dalam setiap pekerjaan yang saya lakukan.

“Teknologi bukan hanya alat, tetapi jembatan untuk mencapai potensi kita yang lebih besar.”
Penutup

Terima kasih telah berkunjung ke blog saya. Saya berharap blog ini dapat menjadi sumber inspirasi dan informasi bagi para pembaca. Tetaplah mengikuti perjalanan saya dan mari kita bersama-sama mengeksplorasi dunia teknologi yang menakjubkan ini!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perbedaan Antara Frontend, Backend, dan Full-Stack dalam Pengembangan Web

Pendahuluan Dalam pengembangan web, ada tiga komponen utama yang membentuk sebuah aplikasi atau situs web: frontend , backend , dan full-stack . Keduanya (frontend dan backend) bekerja sama untuk memastikan situs web atau aplikasi berjalan dengan lancar, sementara seorang full-stack developer memiliki kemampuan untuk menangani keduanya. Meskipun ketiganya saling terkait, mereka memiliki peran dan tanggung jawab yang berbeda. Artikel ini akan membahas perbedaan antara frontend, backend, dan full-stack dalam pengembangan web. 1. Apa Itu Frontend? Frontend adalah bagian dari aplikasi atau situs web yang langsung berinteraksi dengan pengguna. Bagian ini bertanggung jawab atas segala yang dilihat dan digunakan oleh pengguna di browser. Teknologi yang Digunakan : HTML (HyperText Markup Language): Untuk struktur halaman. CSS (Cascading Style Sheets): Untuk desain dan tata letak. JavaScript : Untuk interaktivitas dan dinamika. Framework/library yang populer: React , Angular , Vue.js . Tuga...

Orang Bikin Konten Edukasi Tapi View-nya Sepi: Salah Platform atau Salah Kita?

Kenapa konten edukasi sepi view? Artikel ini membahas apakah masalahnya ada di platform atau pada gaya penyampaian kita. Kita semua udah tau: bikin konten itu capek. Apalagi kalau niatnya edukasi—ngumpulin data, riset, nulis script, ngedit, dan mikirin caption. Tapi giliran udah posting? View-nya cuma 3. Dua di antaranya kamu sendiri, satu lagi mungkin sepupu yang nggak sengaja ke-swipe. Apakah Konten Edukasi Memang Kurang Diminati? Jujur aja, sebagian besar orang buka medsos bukan buat belajar. Mereka nyari hiburan, ketawa, atau kabur dari realita. Konten edukasi sering dianggap "berat", apalagi kalau tampilannya kaku, monoton, dan terlalu “sekolahan”. Tapi… itu bukan alasan buat nyerah. Salah Platform atau Salah Gaya Kita? Bisa jadi dua-duanya. Yuk kita kupas: 1. Platform Punya Algoritma Sendiri TikTok dan IG Reels lebih suka konten singkat, engaging, dan cepat nangkep perhatian. Kalau pembuka kamu terlalu datar, al...

Stop Manipulasi Emosi Anak

Guilt-Tripping Anak Pakai Makanan: Antara Kebaikan, Emosi, dan Validasi Murahan 🔥 Guilt-Tripping Anak Pakai Makanan: Antara Kebaikan, Emosi, dan Validasi Murahan 1. Pembukaan Kontekstual Di dunia ini, ada dua jenis orang baik: Yang satu kasih makanan dan lupa. Yang satu lagi kasih makanan, terus ngungkitnya sampai Hari Kiamat. Yang pertama jarang kita temui. Yang kedua? Setiap RT punya. Mereka muncul dalam wujud ibu-ibu tetangga, guru TK, atau tante kepo yang selalu bilang, “Tante dulu sering traktir kamu, kok sekarang kamu gak ramah?” Kedengarannya ringan. Tapi ini bukan sekadar omelan. Ini guilt-tripping —versi halus dari manipulasi emosional, yang makin ngenes karena sering ditujukan ke anak kecil. Dan kita semua pura-pura gak lihat. Karena siapa sih yang mau dibilang jahat ke orang yang suka ngasih makanan? Siapa yang berani buka suara waktu kebaikan dijadikan alat tekan? Padahal, kalau kamu udah mulai ngungkit pemberianmu ke an...